Jumat, 08 April 2011

Diary Hati - Bagian Satu

Siang menjelang sore kemarin saya berrtandang ke rumah seorang teman di daerah Depok. Sudah cukup lama kami tidak bertemu dan bertukar cerita. Teman saya ini adalah seorang tenaga pengajar di sebuah perguruan tinggi negeri terkenal dan beberapa perguruan tinggi swasta di Jakarta.

Ketika saya tiba dirumahnya, pintu sudah terbuka lebar dan saya menemukannya sedang asyik merajut ornamen sebuah selendang berwarna jingga terang. Ternyata hobinya yang dulu belum ditinggalkan hehe... dia memang seorang yang konsisten dan sangat tekun, se tekun dirinya mencintai angka dan financial subject hehe... She's really great in numbers!

Kami bertukar cerita dengan antusiasnya (maklum sudah cukup lama tidak bertemu muka) mulai dari cerita tentang hobi nya yang kini sangat menghasilkan pundi-pundi rupiah, hasil ekspor produk-produk hakken nya hingga sampai ke masalah anak-anak kami. Dia sudah mengetahui kondisi putra pertama saya yang mengidap Autism Spectrum Disorder dengan diagnosa PDD-NOS (Pervasive Development Disorder with No Specific Symptoms). Sudah berkali-kali ia menyatakan ingin bertemu dengan putra pertama saya dan baru kali itu lah mereka akhirnya bertemu.

Mengalir lah cerita tentang beberapa temannya yang juga memiliki anak dengan kondisi yang sama dengan anak saya. Perlu diketahui bahwa anak saya saat ini sedang menjalani chelation semacam proses detoksifikasi tubuh karena loading logam berat yang kadarnya melampaui batas dalam tubuh. Menurut dokter langganan kami yang ahli di bidang ini, anak saya cukup menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam segi fokus mata, emosi ( sudah dapat melabel kondisi perasaannya, tidak tantrum dan mulai dapat berempati terhadap orang lain), tonus ototnya mulai menguat dan mulai berkomunikasi meskipun baru sebatas mengomunikasikan kebutuhan-kebutuhannya, seperti, "Abang minta makan..."    "Abang mau ke mal..." dan lain-lain.

Kembali ke cerita tadi, teman saya ini bercerita tentang anak temannya yang agak terabaikan dalam segi kebutuhan untuk mendapatkan pengobatan dan terapi, namun cukup terlimpahi dengan uang dan fasilitas. Kita sebut saja namanya Rindu. Menurut cerita teman saya, Rindu ini memiliki dua orang adik yang "normal'" dalam segi perkembangan. Orangtuanya merupakan teman sejawat dari teman saya ini. Cerita bersambut ketika nama Rindu dan tempat ia bersekolah terlontar dari mulut teman saya. Usut punya usut ternyata Rindu juga bersekolah di tempat yang sama dengan anak saya, dan ternyata...saya mengenalnya!

Rindu sangat rupawan dari segi fisik. Tubuhnya jangkung, kulitnya putih, hidung mancung, saya sudah menduga bahwa anak ini pastilah produk kombinasi luar alias indo hehe...Beberapa kali saya menyambangi sekolah ini untuk mengetahui detail perkembangan buah hati saya untuk di  synchronize dengan treatment  dokter yang tengah ia jalani. Dan berkali-kali pula saya melihat Rindu...Pernah saya bertanya tentang kondisi Rindu pada salah seorang staf pengajar, dari dia saya mengetahui kondisi Rindu yang 'terabaikan' dalam segi kebutuhan perhatian dan penanganan orang tua namun cukup terlimpahi dengan fasilitas mewah... Yang lebih  mengenaskan  lagi ternyata ada beberapa anak yang sekadar "dititipkan" di sekolah tanpa pernah mendapat perhatian perkembangan dari orang tuanya. Hiks...

Rindu pun tampaknya mengalami hal serupa. Seragamnya yang mulai belel tampaknya kurang diperhatikan oleh orangtuanya yang kaya. Menurut teman saya, adik-adiknya mendapat perlakuan berbeda dari Rindu. Mereka sangat diperhatikan. "Gila! Wong berapa kali gua  nelpon dia, dia bilang lagi ambil raport anaknya..." Sementara dari cerita staf pengajar sekolah tadi, mama nya sangat sangaaat jaraaaang sekali muncul karena terlalu sibuk sehingga tidak sempat untuk mengambil raport Rindu! Raport Rindu biasanya hanya dititipkan pada supir! Hik...hik...


***


Tuhanku yang Maha Pengasih...aku tidak MALU memiliki sulungku! Mohon anugerahi hamba kekuatan untuk membuktikan diri pada dunia bahwa Autisme  bukanlah kecacatan yang harus ditakuti dan disembunyikan! Bantulah  hamba membuktikan bahwa anakku bisa menjadi contoh kesembuhan bagi anak-anak yang bernasib sama, bisa mengeksplorasi potensinya dan menjadikannya anak yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama seperti janji saya pada almarhum kakek anak saya.

Cerita tentang Rindu begitu menginspirasi saya untuk meyakinkan diri semoga saya bisa menjadi orang tua yang baik bagi si sulung saya yang berkebutuhan khusus...Keyakinan saya begitu besar bahwa gangguan ini Insya Allah dapat dipulihkan. Seyakin saya terhadap ke Maha Besar-an Tuhan...






1 komentar: